Senin, 08 Februari 2010

KUTUKAN (2)

Alkisah, di tahun 1929, saat pendudukan perancis di tanah mesir.
Satu batalion sedang beristirahat mempersiapkan perjalanan menuju kamp pusat mereka. Mereka membuat tenda, ada yg sedang memasak dan ada yg sedang latihan menembak. Mereka membuat kamp itu didekat patung peninggalan zaman fir'aun. Dan patung itu menjadi latihan sasaran tembak mereka.
Seorang wartawan sekaligus pelukis yg ikut dalam misi itu yg akan meliput berita, melarang patung itu menjadi sasaran latihan tembak. "hey! Jangan! Itu tidak boleh, kalian bisa kena kutukan nanti". Tapi mereka tidak mendengarkanya dan tidak percaya, bagaimana mungkin patung bisa mengutuk manusia. Dua tiga peluru dilepaskan lagi hingga mengenai pipi dan kuping patung. Patung itupun tak nampak marah.

Pagi hari datang menyapa, mereka telah bersiap melanjutkan perjalanan menuju pusat misi, melintasi padang pasir yg panas membakar. Padang pasir sahara membakar tubuh para prajurit yg berseragam itu.

Matahari sudah berada tepat diatas kepala, tapi tujuan tak ketemu juga. Seorang prajurit berkata "sepertinya kita hanya berputar putar disini saja, lihat pohon itu ! Bukankah tadi kita beristirahat dibawahnya?!".
Sang komandan menengok, dan benar saja, pohon itu telah mereka lewati beberapa kali.
Mereka lalu beristirahat dibawah pohon itu, sang komandan merasa gelisah, para prajurit sudah banyak menghabiskan cadangan makanan dan air minum, sedangkan sebentar lagi malam menjelang.
Sekian lama mereka dalam kegundahan yg belum ada jalan keluarnya, banyak terjadi kesalah pahaman karena air minum benar2 kering dan ada lagi sisa, akhirnya mereka bertindak sendiri sendiri. Komandan tidak bisa lagi mengatur hendak dibawa kemana para prajurit itu. Merekapun berpencar mencari air dan jalan keluar dari padang sahara yg panas.

Duduk dibawah pohon seorang wartawan tadi sedang melukis, ia putus asa. Menurutnya, sudah tidak ada lagi jalan keluar bagi kita semua. Karena kita telah terkutuk oleh perbuatan kalian yg telah menembaki patung purbakala. Kalian telah terkutuk dan akan mati.
Sambil melukis pemandangan sebuah pohon, ia sesekali minum dari cat cadanganya yg disimpan di tas miliknya. Huh ! Rasanya ga enak banget. Sang komandan melarangnya tetapi pelukis dan wartawan itu malah tertawa tidak peduli sambil bergumam tersenyum pasrah "kita semua akan mati terkena kutukan"

sang komandan bingung melihat disekelilingnya tidak ada prajurit lagi, mereka sedang meyebar mencari air dan informasi. Lalu, karena rasa hausnya yg tak tertahankan, sang komandan pun pergi mencari air dan meninggalkan pelukis itu.

Singkat cerita, setelah berjalan ratusan meter, ia bertemu dengan rumah suku gurun padang pasir sahara. Kelihatanya sepi rumah itu, ia lalu masuk. Di rumah ini pasti ada air minum, pikirnya.
Ia langsung menuju dapur dan benar saja ada sekendi air disana dan ia langsung menenggak meminumnya. Belum Selesai ia minum, terdengar teriakan yg memekakan telinga, seorang perempuan pemilik rumah memergokinya yg membuat ia kalang kabut berlari ketakutan. Warga desa mengejarnya dengan membawa tombak dan pedang pedang panjang. Ia terpojok ke sudut bukit yg memaksa dirinya masuk lubang bukit. Goa. Ia masuk goa dan bersembunyi disana.
Penduduk desa itu tau kalau orang yg mereka kejar itu ada di dalam goa. Ketika mereka sampai didepan mulut goa, sang kepala suku mencegah dan berkata "biarkan ia menjadi tumbal dewa penghuni goa ini". Mereka lalu pulang.
(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar